MINGGU 7 AGUSTUS 2022. PEKAN BIASA XIX (HIJAU) St. Sixtus II, Paus, Sta. Afra. BACAAN I: Keb. 18:6-9. Mzm. -19.20.22; BACAAN II: Ibr. 11:1-2.8-19; BACAAN INJIL: Luk. 12:32-48. Hampir setiap hari hidup kita tak jarang diwarnai kegiatan menunggu. Tak jarang orang menganggap bahwa menunggu atau menanti adalah salah satu hal yang
Waosan Filipi 2 25 – 3 1a Pamuji KPJ 352 1 – 3 Nats “Mulane tampanana ana ing patunggilaning Gusti kalawan sarupaning kabungahan lan wong kaya mangkono iku padha ajenana” [ayat 29] “Judul renungan iki lucu, yo mbok? Kaya pas Pak Pendeta ngedumne roti utawa anggur nalika Bujono Suci kae.” Aturne anak wedok marang simbok kang lagi maca renungan. “Ngene ya nduk, ing kabudayan Jawi ana sesanti Aruh, Gupuh, Rengkuh, Lungguh, Suguh’. Sesanti kuwi mbarengi awake dewe nampa dhayoh. Opo maneh yen dhayohe kuwi sedulur sing diangen-angen lan wong kang diajeni” Dhawuhe simbok wiwit nerangake. Sesanti Jawi wau, cundhuk kaliyan Rasul Paulus, “Mulane tampanana … lan padha ajenana!” Pasamuwan Filipi diajak nampi Epafroditus ing salebeting patunggilanipun Gusti. Awit lelampahanipun nalika ngalami sakit lan saged mantun saged dados paseksi bab kaluhurane Gusti lan kedah dipunsebar ing pasamuwan Filipi. Mboten mandeg namung Epafroditus, nanging saben tiyang ingkang sami-sami nampi berkahipun Gusti, kedah dipuntampi lan dipunajeni. Nampi lan ngajeni menika perkawis wigati ingkang kedah kita wujudaken minangka tiyang pitados. Gusti Yesus sampun langkung rumiyin nampi kita ning salebeting pangruwating dosa. Kanthi kurban Sarira lan Rahipun ing Golgota, kita pinaringan gesang enggal. Mila, Epafroditus, Rasul Paulus, dalah kita sedaya menika ugi sami sampun nampi pakaryan katresnanipun Gusti. Kanthi mekaten, saben manungsa menika ugi gadhahi kesempatan dados sarana pakaryanipun Gusti. Mila kita kedah saged nampi lan ngajeni tumrap sinten kemawon. Lajeng kita saged nggiyaraken perkawis kabingahan kang nembe kita tampi. “Lha ngene ya nduk, sedela engaas awake dewe bakal ndherek Bujono Suci Paskah. Lha pancen saben wong percaya kuwi kudu isa nampa roti lan anggur kanthi legawaning manah. Padha karo Gusti Yesus wes nampa awake dewe. Lan awake dewe kudu mujudaken urip sesrawungan, kang padha nampani lan ngajeni marang liyan.” Simbok mungkasi. [jarwi] “Aruh, Gupuh, Rengkuh, Lungguh, lan Suguha ing Katresnane Gusti” Bagikan Entri Ini Dibaca 3045 kali. Baca: LUKAS 15:1-3,11-32. Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, "Orang ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." (Lukas 15:2) Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 5-8. Selengkapnya: MEMATAHKAN STIGMA.
UTARA TIMES - Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April 2022 lengkap bacaan pertama, bacaan pertama, mazmur tanggapan, bait pengantar Injil, hingga bacaan Injil. Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April 2022 untuk bacaan pertama dari kitab Bilangan 214-9. Mazmur tanggapan pada Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April 2022 yakni Mazmur 102 Bait pengantar Injil Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April yakni PS 965. Baca Juga Bingung Menu Buka Puasa? Yuk Intip Resep Bikin Masakan Pedas Ayam Suwir untuk Menu Buka Puasa Hari ini Sedangkan bacaan Injil dalam Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April 2022 terambil dari kitab Yohanes 821-30. Inilah Renungan Harian Katolik hari ini, Selasa 5 April 2022. Baca Juga Resep Es Teler Alpukat Menu Buka Puasa, Praktis dan Mudah Dibuat di Rumah Renungan Harian Katolik Hari ini Selasa 5 April 2022, Injil Yohanes berbicara tentang siapakah sosok Yesus yang dianggap kontroversial itu. Editor Rosma Nur Riana Sumber Renungan Katolik Tags Terkini
RenunganSabtu, 30 April 2022 Renungan Jumat, 29 April 2022 Keuskupan Agung Kupang. Pertransiit Benefaciendo Arah Dasar KAK. Sejarah Singkat KAK; Arah Dasar KAK 2020-2025 Renungan Harian Rabu, 11 Mei 2022 Mei 11, 2022 Mei 11, 2022 yanq 0. Renungan Harian . Renungan Senin, 9 Mei 2022 Beranda Kalender Liturgi Jumat, 5 April 2019 Kalender Liturgi Penulis lenterajiwa - 4 April 20190 1077 Facebook Twitter Google+ Pinterest WhatsApp Print Hari Biasa Pekan IV Prapaskah U Keb. 2 Mzm. 34 Yoh. 7 BERITA TERKAITDARI PENULIS Jumat, 16 Juni 2023 Kamis, 15 Juni 2023 Senin, 12 Juni 2023 LEAVE A REPLY Please enter your comment! Please enter your name here You have entered an incorrect email address! Please enter your email address here Simpan nama, email, dan situs web saya pada peramban ini untuk komentar saya berikutnya.
DCLMManna Harian 30 April 2019 Renungan - Yang Najis Menjadi Bersih | DCLM Manna Harian 30 April 2019 Renungan oleh Pastor W. F Kumuyi . HOME; MENU 1. SEEDS OF TAKDIR DEVOTIONAL; SURGA TERBUKA; Renungan Harian MFM; RHAPSODY OF REALITY DEVOTIONAL; MANNA SETIAP HARI DCLM; ALIRAN RENUNGAN KEBAHAGIAAN;
RATAPAN DI BUKIT GOLGOTAMatius 2745-56Matius 2746. “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”Ratapan Yesus tidak hanya di taman Getsemani, Dia pun meratap saat berada di kayu salib. Yesus pernah berkata “Aku dan Bapa adalah satu Yoh. 1030. Namun, saat berada di kayu salib, hubungan-Nya yang erat dengan Bapa terputus sampai Yesus berkata “Eli, Eli lama sabakhtani?” Artinya Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mat. 2746. Pada saat itulah, penderitaan yang dialami Yesus bukan hanya secara fisik dan jiwa, tetapi juga secara spiritual. Allah Bapa meninggalkan Yesus karena Yesus harus menangung dosa manusia 2 Kor. 521.Tetapi tahukah Anda, bahwa keterpisahan-Nya dengan Bapa di sorga justru membuat hubungan kita dengan Bapa yang sebelumnya terputus karena dosa, dibuat-Nya menjadi pulih dan menyatu kembali dan mengubah status serta kedudukan kita menjadi anak Allah Yoh. 112. Sehingga sekarang kita bisa berdoa memanggil Allah sebagai Bapa. Dan sebagai Bapa, Ia pasti memelihara dan menjamin hidup kita. Setiap saat kita bisa menghampiri Allah, bukan karena apa yang kita perbuat melainkan karena apa yang sudah dikerjakan Yesus di kayu salib Ibr. 1019-25.Bukan hanya itu, karya-Nya di kayu salib memberi jaminan kesembuhan dalam segala aspek hidup kita, termasuk kesembuhan dari penyakit, ekonomi, hubungan keluarga dan orang lain. Jika kita jatuh dalam dosa, mari segera merendahkan diri, dan minta ampun, dan percayalah tangan-Nya selalu terbuka untuk mengampuni kita karena Yesus telah mencurahkan tubuh dan darah-Nya di kayu salib sebagai korban perdamaian bagi kita. “Tuhan Yesus, saya bersyukur apa yang Engkau kerjakan di kayu salib telah memperdamaikan saya dengan Bapa di sorga dan memberikan status baru bagi saya. Amin.” Check Also Renungan 16 Juni 2023Ilustrasi Renungan 16 Juni 2023 KELUARGA DAN MISI Renungan 16 Juni 2023, Bacaan Alkitab Kisah …
PreviousPost Previous Yang Terbaik Bagi TUHAN. Renungan Dan Doa Malam Suara Injil. 04.08.2022.

- Renungan harian Kristen hari ini Selasa, 5 April 2022 diberi judul Pujian dan Penyembahan di Hati Tuhan. Bacaan renungan hari ini diambil dari Ibrani 1315 "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya". Sebagian orang menganggap bahwa pujian penyembahan Tuhan tidak memiliki porsi yang penting seperti doa dan firman. Baca Juga Renungan Harian Kristen Hari Ini, Senin, 4 April 2022 Kasih Adalah Kebenaran Oleh karena itu, beberapa orang merasa telinganya tidak terbiasa mendengarkan, tidak nyaman, bahkan sama sekali tidak tertarik dengan lagu-lagu pujian tersebut. Sebaiknya, ada juga yang bisa menyanyikan banyak lagu rohani, tetapi mereka tidak merasakan ada sesuatu yang istimewa dalam pujian penyembahan tersebut. Mereka hanya sekedar benyanyi. Orang-orang yang seperti ini biasanya akan sulit untuk bisa dengan sungguh-sungguh mengenal dan mengalami Tuhan secara pribadi. Baca Juga Renungan Harian Kristen Hari Ini, Minggu, 3 April 2022 Menyelidiki Supaya Mengerti Musik dan lagu sangat membantu kita untuk memuji dan menyembah Tuhan. Paulus dan Silas dalam Kisah Para Rasul 1624-26 mengajarkan kepada kita tentang rahasia penyembahan. Editor Andika Saputra Sumber Kanal YouTube Renungan Keluarga Allah Tags Terkini

JUMAT 5 AGUSTUS 2022. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Bacaan Liturgi, Minggu 07 April 2019Hari Minggu Prapaskah V St. Yohanes Baptista de la Salle; B. Henry Walpole Bacaan I Yes. 4316-21 “Aku hendak membuat sesuatu yang baru dan Aku akan memberi minum umat pilihan-Ku.” 4316 Tuhan telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat; 4317 Ia telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang, dan membawa tentara serta pasukan yang gagah, yang terbaring dan tidak dapat bangkit lagi, yang sudah mati dan padam laksana sumbu. 4318 Beginilah firman Tuhan yang telah melakukan semua itu, “Janganlah mengingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! 4319 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh; belumkah kamu mengetahuinya? Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. 4320 Binatang hutan akan memuliakan Aku, demikian pula serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku. 4321 Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.” Mazmur 126 Refren Aku wartakan karya agung-Mu, Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan. Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion, kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tawa ria, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa, “Tuhan telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!” Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah kepada kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya. Bacaan II Flp 38-14 “Oleh karena Kristus aku telah melepaskan segala sesuatu, sambil membentuk diri menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” 38 Saudara-saudara, segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus 39 dan berada dalam Dia, bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena iman kepada Kristus, yaitu kebenaran yang dianugerahkan Allah berdasarkan kepercayaan. 310 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya, dan bersatu dalam kematian-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, 311 supaya akhirnya aku pun beroleh kebangkitan dari antara orang mati. 312 Bukan berarti aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. 313 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap bahwa aku telah menangkapnya; tetapi inilah yang kulakukan Aku melupakan apa yang telah di belakangku, dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku; 314 aku berlari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Bacaan Injil Yoh. 81-11 “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.” 81 Sekali peristiwa Yesus pergi ke Bukit Zaitun. 82 Pagi-pagi benar Ia berada di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 83 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. 84 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu berkata kepada Yesus, “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. 85 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal ini?” 86 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis di tanah dengan jari-Nya. 87 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.” 88 Lalu Yesus membungkuk lagi dan menulis di tanah. 89 Tetapi setelah mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, yang tetap di tempatnya. 810 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” 811 Jawab perempuan itu, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Renungan Allah menghapus air mata umat-Nya Hukuman pembuangan bagi Israel telah berakhir oleh inisiatif Allah. Ia membebaskan Israel sebab Israel milik kepunyaan-Nya. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Yang Mahakudus, Raja Israel ketika Ia melepaskan umat-Nya itu. Penyataan identitas itu dilakukan-Nya sebagai sebuah proklamasi. Hal ini ditujukan-Nya kepada ilah-ilah lain dan semua bangsa di bumi karena mereka beranggapan Allah Israel tidak berkuasa menolong umat-Nya ayat 14, 16-17. Allah memulihkan keadaan Israel sehingga hubungan antara Israel dan Allah menjadi baru kembali ayat 19. Pembaruan hubungan itu digambarkan sebagai hal yang aiaib seperti jalan di padang belantara, sungai-sungai di belantara, dan air yang memancar di padang gurun. Hasilnya umat Allah akan memuliakan nama-Nya bahkan binatang hutan, serigala, dan unta melakukan hal yang sama ayat 20. Mengapa Allah mau memulihkan Israel padahal mereka telah melupakan-Nya? Karena Dia tahu keterbatasan umat-Nya dalam menaati perintah-perintah-Nya. Maka Ia tidak menimpakan murka-Nya setimpal dengan kesalahan umat-Nya melainkan Ia menghapusnya karena Diri-Nya. Allah telah mengenal kebebalan umat-Nya semenjak kaum leluhurnya sampai kepada para pemimpin rohani yang telah terbukti mengecewakan-Nya. Meskipun demikian, kebebalan umat-Nya harus diubahkan dengan belajar menderita untuk sesaat. Sungguh ajaib Allah kita. Hajaran-Nya terhadap setiap anak-Nya yang melanggar firman-Nya adalah hajaran kasih. Bila hajaran itu terasa menyakitkan sehingga menimbulkan tetesan air mata pertobatan, ingatlah Dia pun menitikkan air mata kasih. Oleh karena itu, jangan sia-siakan belas kasih-Nya. Bertobatlah dan nikmati kembali anugerah dan kemurahan-Nya. Jangan undur jika Anda ditegur-Nya karena Dia ingin Anda bertobat. Mazmur, Perbuatan Allah masa lampau dan kini. Setelah menghadapi pergumulan panjang, Tuhan memulihkan keadaan. Kemungkinan saat itu Tuhan membawa mereka keluar dari pembuangan di Babilonia. Mimpi menjadi kenyataan! Mereka keluar dari pengalaman pahit. Hati mereka diliputi sukacita dan sorak kegirangan. Ingatan yang kuat akan pertolongan Tuhan di masa lampau mendorong mereka untuk kembali melanjutkan iman percaya kepada Tuhan. Melalui pengharapan itu pula, umat menemukan jaminan akan kebebasan dan keselamatan mereka. Sekalipun Kristen menghadapi pergumulan karena penindasan dan pemasungan hak untuk beribadah, beriman, dan berkarya; tetap ada anugerah Allah yang menguatkan umat untuk berharap dan menikmati kemenangan. Allah hidup dan dinamis. Allah tidak pernah pasif atau tinggal diam melihat umat-Nya menderita. Seringkali sebelum umat berseru memohon belas kasihan, penyertaan dan pertolongan telah dinyatakan-Nya secara ajaib ayat 1. Kapan dan bagaimana Allah bertindak tidak semata-mata tergantung pada permohonan dan kebutuhan manusia, karena Ia tahu saat dan cara yang tepat menyatakan pertolongan-Nya. Tetaplah berdoa dan berhentilah untuk “mengatur” saat dan cara Allah bekerja, karena Ia tahu yang terbaik bagi kita. Bacaan II, Musuh Injil. Sebagai orang Ibrani sejati, Paulus sangat mengutamakan moralitas dan keagamaan. Akibatnya ia malah menjadi musuh Kristus, musuh Injil. Semua yang diunggulkannya itu ternyata sia-sia, karena tidak mampu membuat Allah memperhitungkannya benar. Tak seorang pun benar karena usahanya sendiri. Itu sebabnya kepada mereka yang datang mengabarkan “injil” sunat, Paulus menegur keras. Pengenalan akan Kristus Yesus membuat semua hal-hal lahiriah yang diandalkannya dulu seumpama sampah ayat 8. Dulu, kini, kelak. Tiap orang memiliki tiga aspek waktu perjalanan hidup dulu, kini, kelak. Seperti Paulus, mari kita tinggalkan yang di belakang! Serahkanlah kebaikan maupun kejahatan itu kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan! Marilah kita mengejar harta sorgawi yang Tuhan peruntukkan menjadi masa depan kekal kita ayat 12-16. Mari kita jalani masa kini kita dengan kerinduan untuk mengenal Kristus, mengalami penuh kematian dan kuasa kebangkitan Kristus ayat 10-11. Dengan kata lain, marilah kita jalani hidup yang sepenuhnya bersumber dan bergantung pada hidup dan karya penyelamatan Yesus Kristus. Injil hari ini, Upaya menjebak Yesus gagal. Pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuannya. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan ini sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus. Mengapa? Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Jebakan seperti ini mirip dengan yang dicatat dalam Markus 1213-17. Bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa ayat 7. Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh. Dalam narasi ini kita mendapatkan dua pelajaran penting. Pertama, semua manusia berdosa, tidak terkecuali bangsa Yahudi yang menganggap diri sebagai umat pilihan Allah. Kedua, Yesus sama sekali tidak berdosa. Ia tidak meremehkan dosa perempuan itu, melainkan Ia memberikan kesempatan kedua kepada perempuan itu. Yesus yang tanpa dosa menampakkan diri sebagai orang yang penuh rahmat dan anugerah. Setelah semua orang pergi meninggalkan Yesus berdua dengan perempuan itu, berkatalah Yesus, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Perempuan itu menjawab, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu Yesus melanjutkan, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Kata-kata Yesus itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang adil dan penuh kasih. Dia menyatakan perempuan itu bersalah; tetapi, di sinilah hebatnya Yesus. Dia bukannya menghukum perempuan itu, tapi malah mengampuninya dan memberi kesempatan untuk hidup lebih baik. Dia adalah Mesias yang memiliki kuasa untuk menghakimi serta menghukum kesalahan seseorang namun memilih untuk memberikan pengampunan dan kesempatan kepada siapa pun yang berdosa dan yang mau bertobat sungguh-sungguh. Lalu apa relevansinya bagi kita? Sekali lagi, perikop ini hendak menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang adil dan penuh kasih. Ketika kita jatuh dalam dosa, masih tersedia pengampunan dan kesempatan untuk hidup lebih baik. Yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa kita, memohon pengampunan dan berbalik dari perbuatan yang jahat. Kita adalah orang berdosa seperti wanita dalam Injil hari ini. Namun, Yesus yang penuh kasih telah mengampuni segala salah dan dosa kita dengan darah-Nya sendiri yang tertumpah di kayu salib. Karena itu, marilah kita saling mengampuni; hidup damai dan penuh kasih satu dengan yang lain. Pengampunan adalah inti dari setiap relasi. Pengampunan adalah mengasihi orang sebagaimana adanya dan menyatakan kepada mereka keindahan pribadi mereka, yang tersembunyi di balik tembok-tembok yang telah mereka dirikan di sekeliling hati mereka. Pengampunan adalah kekuatan baru dari Allah; jalan menuju damai. Paus Yohanes Paulus II, mengatakan “Tidak ada damai tanpa keadilan, dan tidak ada keadilan tanpa pengampunan.” DOA Yesus, kasihanilah aku, seorang pendosa. Aku mengasihi-Mu, Tuhan, dan aku ingin menjadi milik-Mu selamanya. Bebaskanlah aku dari segala sesuatu yang dapat merusak diriku. Amin. Lucas Margono Yoh. 81-11 “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.” Tuhan Yesus, berilah aku kekuatan untuk jangan hanya mendewakan masa laluku yang gemilang atau menghakimi masa laluku yang kelam,tetapi kekuatan untuk meneriskan apa yang gemilang dan mengubah apa yang kelam demi masa kini dan yang akan datang. Amin
RenunganHarian. Beri Yang Berharga | 2 Samuel 24:24b (TB) Renungan Harian Beri Yang Berharga | 2 Samuel 24:24b (TB) 1 min read. 27 mins ago Fonny Joseph . Beri Yang Berharga 2 Samuel 24:24b "Sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa." Renungan Harian KatolikJumat 5 April 2019Yohanes 71-2, 10, 25-30Oleh Maxi Un BriaRohaniwan Keuskupan Agung Kupang - NTT Konsisten mengatakan yang benar " Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal."Yoh 728 Manusia sering tidak konsisten dengan perkataannya. Seperti membenarkan ungkapan" Memang lidah tidak bertulang", lain hatinya, lain pula perkataannya. Hal ini terjadi dipihak manusia karena banyak faktor yang mengitarinya. Inkonsistensi sering terjadi karena adanya kegelisahan dan ketakutan terhadap kebenaran. Allah adalah Kebenaran dan sumber segala kebenaran. Allah telah mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk mengatakan kebenaran, tetapi kebenaran itu ditolak oleh orang Yahudi . Bahkan Yesus yang adalah kebenaran dari Allah dibunuh orang Yahudi. Sekalipun Yesus ditolak dan dipantau orang Yahudi untuk dibunuh, Ia tetap konsisten mewartakan Pekerjaan Allah dan rencana keselamatan Allah bagi dunia. Ia menegaskan kehadiran-Nya sebagai utusan Allah untuk mewartakan Kerajaan Allah dan kebenarannya. Satu hal yang boleh kita renungkan dari kisah di atas yakni kegelisahan orang Yahudi dan manusia umumnya dalam menghadapi kebenaran. Kehadiran Kebenaran seringkali mengusik hidup manusia yang jauh dari kebenaran. Sebaliknya orang yang hidup dalam kebenaran Allah memperoleh berkat dan kegembiraan sebagai anak-anak Allah. Marilah berupaya hidup benar dan mencintai Allah sebagai sumber kebenaran. Agar damai sejahtera dan kasih setia Tuhan memenuhi hati kita dan menuntun ziarah hidup selamanya. Doa Ya Allah berilah kami hikmat agar mampu mencintai kebenaran sejati yakni Putera-MU Yesus Kristus Tuhan kami, Amin.
RenunganHarian • 5 April 2019 • Dewan Pembinaan Teologi GKJW. Waosan : Filipi 2 : 25 - 3 : 1a | Pamuji : KPJ 352 : 1 - 3. Nats : "Mulane tampanana ana ing patunggilaning Gusti kalawan sarupaning kabungahan lan wong kaya mangkono iku padha ajenana" [ayat 29] "Judul renungan iki lucu, yo mbok?
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah U Keb. 2 Mzm. 34 Yoh. 7 Diskriminasi SARA kian riuh diperdengarkan di tengah publik menyongsong perayaan pesta demokrasi. Narasi yang dibangun untuk mengajak orang memilih tokoh tertentu bukan pada rekam jejak pekerjaan seseorang, tapi berlandaskan politik identitas. Hoax atau berita palsu berperan penting dalam mendukung terlaksananya politik identitas ini. Maka kualitas pemilu semakin jauh dari esensinya karena bahkan terkesan mengubur esensi itu. Politik identitas bukanlah hal baru. Di zaman Yesus, politik identitas seringkali dimunculkan sebagai sebuah upaya untuk membungkam kebenaran yang ditampilkan. Kepercayaan kepada Yesus yang berlandaskan pada karya dan pengajaran-Nya dikalahkan oleh isu tentang asal-muasal Yesus. Yesus Sang Mesias mulai diragukan bahkan tidak dipercaya karena mereka mulai mengkaitkan diri Yesus dengan keluarga dan asalnya. Diskriminasi SARA yang ditampilkan oleh orang Yahudi itu berasal dari ketaatan yang buta terhadap hukum dan ajaran agama sehingga membuat mata hati mereka tertutup bagi karya Allah. Penghayatan iman yang sempit menghasilkan bencana yang seharusnya tidak terjadi bagi diri sendiri dan sesama. Klaim kebenaran bukan berlandasan apa yang telah dibuat tapi lebih pada siapa orang yang melakukan. Maka kebenaran yang seharusnya ada dibungkam oleh kebenaran karena diskriminasi SARA. Yesus sungguh-sungguh mengalami hal ini. Bahwa kehadiran-Nya, karya-karya-Nya, perjuangan-Nya untuk membela mereka yang kecil, lemah dan berdosa diabaikan begitu saja karena mereka tahu asal-muasal Yesus. Bahkan Yesus harus menerima ancaman dibunuh akibat karya-Nya, dan akibat dari kenyataan bahwa Dia berasal dari latar belakang keluarga miskin dan sederhana. Meski demikian, Yesus tetap berjuang untuk mewujudkan perjuangan-Nya untuk orang kecil dan menderita. Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilu. Ada banyak narasi yang dibangun dalam ruang-ruang publik di mana isu-isu SARA dihadirkan pula. Hoax-hoax, tuduh-menuduh tentang kebenaran selalu dimainkan. Maka dalam konteks prapaska, kita semua diminta untuk jeli memilih menentukan pilihan. Sebuah pilihan yang bukan berdasarkan isu-isu SARA, politik kebohongan, tetapi lebih dari itu pilihan yang lahir dari penilaian yang objektif tentang visi-misi, rekam jejak, sehingga pengalaman Yesus yang terjadi 2000 tahun lalu tidak terjadi pada zaman sekarang. Masa prapaska sebagai masa pertobatan senantiasa menggerakkan kita untuk menempatkan kebenaran pada porsi yang sebenarnya. Fr. Everestus Nerow Leftungun “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku” Yoh. 729. Marilah berdoa Ya Tuhan, bantu kami untuk terus menghargai sesama kami, seperti kami menghargai diri kami masing-masing. Amin
uXF04UH.
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/35
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/235
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/465
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/42
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/412
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/231
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/408
  • 7rda0fnh7z.pages.dev/437
  • renungan harian 5 april 2019